Rabu, 30 September 2009

Anus Noordin Rusak Bukan Akibat Kecelakaan atau Penyakit Bawaan


Anus Noordin Rusak Bukan Akibat Kecelakaan atau Penyakit Bawaan

Ada berbagai spekulasi mengenai penyebab kerusakan yang ditemukan di bagian anus jasad Noordin M Top. Namun apa pun penyebabnya, yang pasti bukan akibat kecelakaan apalagi penyakit bawaan.

Demikian jawab Adrianus Meliala ditanya tentang kelainan pada dubur Noordin M Top. Bersama ahli forensik dr Mun'im Idris, kriminolog UI ini sempat melakukan pemeriksaan terhadap jasad gembong teroris itu.

"Penyebabnya mulai dari yang masuk akal sampai yang tidak masuk akal. Kalau dibilang penyakit bawaan atau kecelakaan, tidak mungkin. Dugaan sementara ada unsur kesengajaan," ujar guru besar ini, Rabu (30/9/2009).

Kepada wartawan yang menghubunginya melalui telepon, Adrianus memaparkan ikut terlibatnya Tim UI berawal dari pertemuan dengan Wakapolri Komjen Pol Makbul Padmanegara. Menurutnya saat menyinggung kasus Noordin M Top, pihaknya ditawari melihat langsung jasad yang di RS Polri dr Soekanto, Kramat Jati, Jakarta Timur.

"Ya sudah, mengapa tidak. Maka kita ke RS, di situ kita dapatkan kerusakan di bagian anus," paparnya dan tetap tidak bersedia mengkonfirmasikan bahwa kerusakan adalah akibat tindak sodomi.

Sumber :detik.com

Sumbar diguncang Gempa!! Berpusat di Barat Sumbar Berkekuatan 7,6 SR

Gempa Berpusat di Barat Sumbar Berkekuatan 7,6 SR
Gempa berkekuatan 7,6 SR mengguncang wilayah Sumatera Barat, Rabu (30/9) pukul 17.16 WIB. Gempa berpusat di 71 km atau 57 km Barat Daya Pariaman.

Rabu, 30 September 2009 | 17:38 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com - Gempa berkekuatan besar mengguncang wilayah Sumatera Barat pada Rabu (30/9) pukul 17.16 WIB. Data yang diungkap Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menyebutkan gempa dengan kekuatan magnitude 7.6 SR berpusat di lokasi 0.84 LS - 99.65 BT. Gempa terjadi di 71 Km atau 57 km Barat Daya Pariaman Sumatera Barat.

Warga Kota Jambi dan sekitarnya juga merasakan goncangan gempa yang berpusat di Pariaman, Sumbar itu.

Kepala BMGK Provinsi Jambi Remus L Tobing ketika dikonfirmasi, membenarkan telah terjadi gempa dengan guncangan yang cukup kuat, namun gempa tersebut tidak berpotensi tsunami.

Guncangan yang menggetarkan lampu-lampu gantung tersebut membuat sejumlah warga Kota Jambi berlarian keluar rumah untuk menyelamatkan diri. Belum diperoleh informasi adanya kerusakan atau korban akibat goncangan gempa yang juga dirasakan di sejumlah kabupaten di Jambi, Bengkulu dan Aceh.

Sumber : Kompas

Syaifudin Zuhri Punya Setengah Karisma Noordin M Top

detikcom - Rabu, September 30

2 Buron teroris, Syaifudin Zuhri dan M Syahrir, masih berkeliaran. Kakak beradik itu termasuk teroris yang berbahaya karena mempunyai kemampuan yang komplet. Bahkan Syaifudin punya setengah karisma Noordin M Top.

"Kita mengandaikan mereka seperti Dulmatin dan Zulkarnain. Sangat bahaya karena mereka punya kemampuan komplet. Bisa merekrut, bangun organisasi, bisa rakit bom meski nggak seperti Azahari, punya koneksi dana," kata pengamat teroris Mardigu WP kepada detikcom, Rabu (30/9/2009).

Namun menurut Mardigu, meski tampak berbahaya, namun diragukan keduanya bisa bergerak dengan cepat dalam melakukan aksi-aksi teror. Karena keduanya bergerak sendiri bukan seperti Noordin yang berkelompok. Kalaupun bisa bergerak, kemungkinan dalam jangka panjang.

"Tapi saya ragu, dia bisa action nggak. Karena saya melihatnya secara psikologis ya. Sejahat-jahatnya mereka, masih mikir ini di negara sendiri, bangsa sendiri. Kalau Noordin kan ini bukan negaranya," analisanya.

Mardigu mengatakan, Syaifudin memang bisa dikatakan sosok yang harus diwaspadai dan ditakuti karena bisa membangun organisasi dan menjaring pemngikut. Namun Syaifudin bukan tipe orang yang selalu membawa senjata kemana-mana.

"Dia memang punya setengah karismanya Noordin karena dia ustad. Dia bahaya tapi karena sendiri dan bukan bawa-bawa senjata jadi masih lama action-nya. Masih rekrut sana-sini," imbuhnya.

Sumber : detikcom

Polisi Kantungi Nama Calon Tersangka Penganiaya Wisnu

detikcom - 2 jam 44 menit lalu

Polisi Kantungi Nama Calon Tersangka Penganiaya Wisnu

Polisi telah mengantungi nama pelaku kekerasan saat ospek pada Wisnu Anjar, mahasiswa Sekolah Tinggi Sandi Negara (STSN). Bukti diperoleh berdasarkan rekaman gambar yang dimiliki.

"Ada CCTV, kita sudah dapatkan calon tersangka," kata Kasat Reskrim Polres Bogor AKP Santoso melalui telepon, Rabu (30/9/2009).

Saat ini sudah sekitar lebih dari 20-an saksi diperiksa. Dari jumlah itu, beberapa di antaranya dipastikan akan menjadi tersangka.

"Ya jumlahnya lebih dari dua," tambah Santoso.

Wisnu Anjar diketahui meninggal dunia pada Minggu 27 September 2009 dini hari setelah menjalani ospek di kampusnya. Hasil otopsi di RS PMI Bogor menemukan adanya luka lebam di leher dan paha Wisnu.

Sumber : VIVAnews

Ini Petikan Wawancara SJ dan Dani Bomber

By Elin Yunita Kristanti, Desy Afrianti - Rabu, September 30

Kadiv Humas Polri, Nanan Sukarna Menunjukan Foto Dani Dwi Permana

VIVAnews - Polisi akhirnya membeberkan isi komputer jinjing atau laptop milik Noordin M Top, salah satunya rekaman persiapan pemboman Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz Carlton yang melibatkan dua bomber, Dani Dwi Permana dan Nana Ikhwan Maulana.

Dalan video, Dani dan Nana pada tanggal 21 Juni 2009 atau tiga minggu sebelum peledakan, tampak berolahraga, lari-lari kecil di lapangan di depan dua hotel nahas. Sambil duduk-duduk di tanah lapang depan Marriott dan Ritz Calrton, pernyataan keduanya di rekam oleh Saefudin Jaelani atau Saefudin Zuhri.

Apa yang mereka katakan tak terdengar jelas dalam rekaman yang ditayangkan Polri. Meski demikian, ada petikan wawancara Dani dan ustad SJ yang bisa ditangkap telinga.

"Apa pengalaman antum sebagai pengebom bunuh diri?," tanya SJ pada Dani.

Dani pun lalu menjawab. "Ini bukan bunuh diri, bunuh diri kan frustasi. Saya hanya menjalankan perintah Allah," kata Dani.

"Perintah Allah kan fardu ain. Hukuman bagi yang meninggalkan adalah dosa," tambah Dani.

Tak hanya berperan sebagai pimpinan lapangan dan perekrut pelaku bom, Dani dan Nana, Saefudin Jaelani juga berperan merekam aksi teror.

Rekaman yang dibeber polisi berasal dari laptop milik gembong teroris nomor wahid, Noordin M Top yang tewas dalam penggerebekan di Kampung Kepohsari, Mojosongo, Solo, Jawa Tengah pada 16-17 September 2009.

Noordin tewas bersama tiga pengikutnya yakni Ario Sudarso alias Suparjo Dwi Anggoro alias Aji alias Dayat alias Mistam Husamudin, Adib alias Susilo, dan Bagus Budi Pranoto alias Urwah. Sedangkan SJ, sampai saat ini belum diketahui keberadaannya.

Sumber : VIVAnews

Saingi Facebook, Twitter Turut Hadirkan Telepon Gratis


Jakarta - Pengguna Twitter akan segera dimanjakan oleh layanan baru berupa voice chat yang dihadirkan oleh pihak ketiga bernama Jajah.

Dengan voice chat, tak hanya bisa mengirimkan dan membalas tweet dengan sesama pemakai Twitter, namun mereka juga akan bisa saling telepon-teleponan.

Layanan yang masih berupa beta ini bernama Jajah@call dan akan dirilis pada Kamis pagi waktu setempat. Selama periode beta ini, perusahaan yang membidani layanan tersebut mengatakan, panggilan yang dilakukan user akan dibatasi hanya selama 2 menit saja.

Untuk memakainya, syarat yang harus dipenuhi oleh pengguna Twitter adalah, kedua pihak pastinya harus sama-sama memiliki akun Twitter. Selain itu, mereka juga harus mendaftar di Jajah.

Layanan gratisan ini bisa dipakai dengan mengetikan "@call@username". Yang asyik di sini adalah jika pengguna tidak ingin nomor teleponnya diketahui, ia bisa menyetinggnya menjadi private numbers.

Seperti diwartakan Cnet dan dilansir detikINET, Kamis (17/9/2009) diharapkan ke depannya layanan tersebut bisa beroperasi di semua piranti yang memungkinkan pengaksesan Twitter, baik itu dari PC ataupun dari smartphone.

Sebelumnya, di awal minggu ini, Facebook juga baru saja mengumumkan kehadiran layanan serupa, di mana pengguna juga bisa berkomunikasi dengan pengguna lain melalui suara. Layanan ini dihadirkan dari aplikasi pihak ketiga, Vivox.

Sumber : detik

Keterlibatan Jibril Terungkap dalam Laptop Noordin

Keterlibatan Jibril Terungkap dalam Laptop Noordin
Polisi menunjukkan foto Mohammad Jibril alias Muhammad Ricky Ardhan, yang ditangkap Selasa (25/8) karena diduga terkait jaringan terorisme.

Selasa, 29 September 2009 | 17:40 WIB

JAKARTA, KOMPAS.com — Peran Mohammad Jibril dalam jaringan terorisme bentukan Noordin akhirnya terungkap dalam penyelidikan Polri terhadap isi laptop milik Noordin M Top. Dalam isi laptop tersebut, polisi menemukan sejumlah dokumen berupa rekaman video dan surat-surat yang ditulis oleh Syaifuddin Zuhri.

Jibril yang saat ini masih berstatus tersangka dan dalam penahanan Tim Densus 88 Antiteror, dalam dokumen yang ditulis Zuhri, disebut sebagai pihak yang menjadi penghubung antara jaringan teroris dan para pendana dari luar negeri.

"Kalau dalam struktur yang disebutkan dalam surat Zuhri, posisi Jibril itu sebagai penghubung untuk urusan dalam dan luar negeri," kata Kanit V IT dan Cyber Crime Mabes Polri Kombes Petrus Golose, Selasa (29/9) di Mabes Polri.

Dikatakan Golose, bukti-bukti digital ini bisa menjadi alat bukti yang kuat dalam sangkaan sebagai pelaku terorisme terhadap Mohammad Jibril. "Sistem pembuktian video bisa memberatkan tersangka, sesuai KUHAP 184 tentang saksi ahli, surat petunjuk, dan keterangan tersangka," kata Golose.

Ia menuturkan, dalam UU Nomor 11 Tahun 2008 jelas disebutkan bahwa sistem elektronik digital bisa digunakan sebagai alat bukti sah. "Ada banyak bukti, digital evidences yang disita. Semua menyajikan bukti-bukti yang sah," tegasnya.

Meski demikian, lanjut Golose, Polri sampai saat ini masih terus menyelidiki lebih jauh keterlibatan Jibril. "Masih ada dokumen-dokumen lainnya. Karena kondisi laptop sempat tersiram air waktu penggerebekan. Kita masih proses," tandasnya.

Sumber : http://kompas.com

Isi Surat Buronan Teroris Syaifuddin Zuhri

Inilah Isi Surat Buronan Teroris Syaifuddin Zuhri
DPO pertama adalah Syaifudin bin Djaelani Irsyad alias Ustad Syaifudin Zuhri alias Udin alias Soleh. Ciri-ciri pria bersuku Jawa tersebut adalah tinggi badan 165 cm, bentuk kepala bulat, bentuk alis sedang, warna mata, bentuk bibir tebal. Terdapat ciri khusus yaitu kantung mata berwarna hitam. Alamat terakhir pria tersebut di Perum Telaga Kahuripan, Parung, Bogor, Jawa Barat. Syaifudin Zuhri, berperan sebagai perekrut pengebom bunuh diri.


Selasa, 29 September 2009 | 18:03 WIB
JAKARTA, KOMPAS.com — Laptop Noordin M Top memuat surat yang ditulis Syaifuddin Zuhri kepada keluarganya. Zuhri adalah salah satu buronan teroris yang sampai saat ini masih dikejar polisi.

Syaifuddin Zuhri alias Ustaz Syaifuddin Zuhri alias Udin alias Soleh masuk dalam daftar pencarian orang (DPO). Ia diduga terlibat aksi terorisme sebagai perekrut pelaku pengeboman di Hotel JW Marriott dan Hotel Ritz-Carlton.

Berikut isi surat tersebut.

Kita adalah organisasi yang rapih pemimpinnya ada bendaharanya, ada yang ngurusin dana, ada yang tugasnya cari orang alias profokator, ada ulama yang memberikan fatwa dan pengarahan, ada yang jagain keluarga mujahid, ada yang cari mobil, ada yang cari bahan peledak, cari senjata, ada yang urusan dalam dan luar negeri, urusan politik ancaman untuk musuh, ada yang kerjaannya bikin film rekaman, ada yang tukang antar jemput pesan/orang/barang/surat, ada yang menjadi relawan syahid dan lain sebagainya

Meyakini bahwa negara beserta sistem undang-undangnya adalah nyata kafir dan bukan dari Allah (Islam)

Yang berubah adalah pemimpin-pemimpin atau qiyadah-qiyadah yang telah menjual prinsip-prinsip suci dan fundamental ke sampah

Meneruskan dakwah-dakwah di kedutaan RI yang berujung pada sikap tak jelas kawan-kawan dan bermuamallah dengan thagut-thagut KBRI

Udin banyak terlibat dalam pergaulan dengan mereka-mereka yang akhirnya dikenal dengan tahnzim al qaidah

Teman-teman Indonesia tidak ada yang memahami pergerakan udin ini karena sudah antipati dan menuduh udin ikut gerakan salafi mukbil

Terus kenapa di Indonesia ... ? Akhi, yang membantai saudara saudara kita adalah Amerika dan Australia...

Terus 2005 sampai saat ini si abi menempati posisi yang sangat strategis dalam jaringan alqaidah asia tenggara.

Sumber : Kompas